judul gambar

Hampir 1 Tahun Laporan Tak Tuntas, Pencari Keadilan Pertanyakan Kualitas Penegakan Hukum di Polres Metro Bekasi

Pirlen Sirait, Pemimpin Redaksi koranmediasi.com

CIKARANG, MEDIASI.COM – Pencari keadilan, Pirlen Sirait mempertanyakan kualitas penegakan hukum terkait laporan kasus persekusi yang mengakibatkan keluarganya trauma. Betapa tidak, kasus yang menimpa keluarganya sudah hampir 1 tahun dilaporkan, tapi hingga saat ini belum ada tanda-tanda akan dituntaskan penyidik Polres Metro Bekasi.

Akibatnya, Pirlen Sirait mengaku kecewa karena sulitnya mencari keadilan di Polres Metro Bekasi. Dia juga sangat menyayangkan lambannya hasil pengungkapan dan penetapan tersangka pelaku yang telah mempersekusi keluarganya sekitar delapan bulan lalu.

Pirlen mengakui, dalam mencari keadilan di Polres Metro Bekasi tidaklah mudah. Pasalnya, hingga saat ini dia tidak mengetahui apa penyebab laporannya belum dapat dituntaskan penyidik. Dia hanya berpraduga bahwa penegakan hukum di Polres Metro Bekasi sangat lemah.

“Hari itu pada tanggal 5 April 2024 saya dan keluarga dipersekusi, diancam, dan rumah saya dirusak oleh gerombolan orang tidak dikenal. Lalu saya buatkan laporan di Polres, namun hingga saat ini belum juga ada titik terang siapa pelakunya,” kata Pirlen Sirait, Rabu (15/1/2025).

Pirlen Sirait Pemimpin Redaksi Koran Mediasi.Com ini menambahkan, dari petunjuk awal yang diberikan kepada penyidik, sudah sepatutnya bisa terungkap, jika gerombolan sulit ditemukan kan bisa dicari apakah ada otak intelektualnya.

“Jadi buat saya sangat miris jika laporan saya tidak terungkap hingga delapan bulan. Ini merupakan salah satu bukti bahwa penegakan hukum di Kabupaten Bekasi masih tergolong lemah,” katanya.

“Pengungkapan laporan kasus saya ini menurutku juga sangat janggal. Apakah ini kualitas penegakan hukum atas laporan saya, ketidakpercayaan saya terhadap aparat penegak hukum jadi menghantui pikiran saya,” lanjutnya.

Sebelumnya, Pirlen menceritakan bahwa pada saat membuat laporan di Polres Metro Bekasi bersama satu orang yang juga mendapatkan ancaman dari salah seorang temannya, namun saat ini pelakunya sudah berstatus tersangka.

“Adanya persekusi dan pengancaman kepada saya pada Jumat malam itu, sebelumnya sudah saya jelaskan kepada penyidik bahwa saya dan SS sama-sama mendapatkan ancaman. Perbedaannya, SS diancam melalui telepon selular dan saya langsung gerombolan orang tidak dikenal menyerang saya ke rumah di hari yang sama. Bedanya hanya waktu, tidak berbarengan, apakah ada keterkaitannya, itu seharusnya tugas penyidik untuk mengungkapnya,” ujar Pirlen Sirait.

Padahal menurut Pirlen, saat itu Jumat tanggal 5 April 2024, pada siang hari dia bertemu di Grand Wisata dengan menyerahkan hasil kajian keberadaan saksi di TPS pada Pemilihan Umum pada Februari 2024.

“Saya dengan SS sudah bentuk tim dari mulai akhir bulan Februari. Dalam diskusi kita sepakat mempertanyakan keberadaan saksi di TPS saat Pileg dan Pilpres ke DPP Partai. Saya mengumpulkan datanya dan membentuk konsep klarifikasi untuk mempertanyakan keberadaan saksi di TPS. Namun mirisnya, laporan yang sama-sama kita buat di malam hari, laporan SS sudah ada tersangka, sementara laporan saya belum, kenapa,” tanyanya.

Pirlen Sirait melanjutkan, dengan adanya pergantian Kapolres Metro Bekasi dia berharap menjadi sebuah angin segar dalam pengungkapan kasus yang menimpa keluarganya.

“Sejujurnya jika saya tahu bahwa Polres Metro Bekasi selambat ini dalam pengungkapan kasus, saya tidak akan membuat laporan, saya menyesal melaporkan kejadian ini di Polres Metro Bekasi. Namun dengan pergantian Kapolres yang baru Kombes Pol Mustofa menggantikan Kombes Pol Twedi Aditya Bennyahdi, ada harapan baru, dan mudah-mudahan segera terungkap,” tegasnya.

Sebagaimana diketahui, puluhan orang mendatangi dan melakukan pengancaman kepada Pirlen Sirait di kediamannya, di Perumahan Permata Serang Baru, Desa Sukasari, Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi pada Jumat 5 April 2024 malam.

Orang-orang tersebut melontarkan kalimat-kalimat kasar diiringi dengan pengancaman yang juga disaksikan oleh istri dan ketiga anak Pirlen Sirait. Kejadian tersebut mengakibatkan ketakutan dan trauma mendalam. (*)