PEMILIHAN Kepala Daerah (Pilkada) Kota Bekasi tersisa kurang lebih 20 hari lagi. Masing-masing kandidat dan tim sukses berupaya keras untuk bisa menang pada 27 November 2024 mendatang. Namun, dari tiga kandidat yang berlaga, nampaknya pasangan Heri Koswara-Sholihin paling berpeluang memenangi Pilkada Kota Bekasi jika dibandingkan Uu Saeful Mikdar-Nurul Sumarheni atau Tri Adhianto-Harris Bobihoe.
Peluang menang Heri-Sholihin lebih tinggi dari para pesaingnya, terutama jika berdasarkan Otak-atik Athuk. Sebuah kearifan masyarakat Jawa yang secara sederhana memiliki arti menghubung-hubungkan dan tersambung. Dalam bahasa populis, kita mengenal dengan istilah cocok logi.
Kembali kepada Otak-atik Gathuk, ada hal-hal yang jika dihubung-hubungkan di dalam Pilkada Kota Bekasi yang tersambung ke pasangan Heri-Sholihin.
Hal pertama, yakni anggota DPRD Kota Bekasi. Sejak era Pilkada, sosok Wali Kota Bekasi pastilah pernah menjabat sebagai anggota DPRD Kota Bekasi. Ambil contoh Mochtar Mohammad atau Rahmat Effendi, keduanya adalah jebolan DPRD Kota Bekasi.
Dan di Pilkada kali ini, dari tiga pasangan calon hanya Heri-Sholihin yang merupakan jebolan DPRD Kota Bekasi. Kedua-duanya terpilih 3 kali menjadi anggota DPRD Kota Bekasi.
Hal lainnya, kepemimpinan di Kota Bekasi selalu diisi oleh orang asli Bekasi alias penduduk lokal bersanding dengan pendatang.
Pada Pilkada 2008 misalnya, Mochtar Mohammad adalah warga pendatang, ia menang dengan pasanganya merupakan warga lokal yakni Rahmat Effendi.
Kemudian di 2013, Rahmat Effendi yang merupakan warga asli memiliki Wakil Wali Kota, Ahmad Syaikhu yang merupakan pendatang. Termasuk di 2018, Rahmat Effendi kembali bersanding dengan warga pendatang yakni Tri Adhianto yang jadi wakilnya.
Sementara di Pilkada kali ini, satu-satunya pasangan calon yang memiliki komposisi orang asli dan pendatang hanya Heri-Sholihin. Heri Koswara merupakan putra daerah alias asli Kota Bekasi, sedang Sholihin merupakan warga pendatang.
Melihat hal-hal tersebut, maka peluang Heri-Sholihin memenangi Pilkada Kota Bekasi sangat tinggi. Tapi sekali lagi, itu menggunakan pendekatan Otak-atik gathuk.
Pertanyaan selanjutnya, bagaimana peluang Heri-Sholihin jika diukur dengan pendekatan rasional, berdasrkan kajian dan analisa politik.
Per hari ini, peluang Heri-Sholihin menang cukup terbuka. Pasangan ini menjadi penantang serius bagi pasangan Tri Adhianto-Harris Bobihoe yang sejak awal Pilkada elektabilitasnya selalu di posisi puncak.
Berdasarkan informasi dari berbagai sumber, kabarnya elektabilitas Heri-Sholihin saat ini sudah amat mepet dengan Tri Adhianto-Harris Bobihoe. Bahkan ada sumber yang menyebut elektabilitas Tri Adhianto-Harris Bobihoe cenderung terus menurun serta berpotensi tersalib.
Masifnya pergerakan Heri-Sholihin sejak awal masa kampanye, menjadi salah satu faktor yang disebut-sebut berpengaruh besar pada lonjakan elektabilitas pasangan tersebut.
Sementara di lain sisi, Tri Adhianto-Harris Bobihoe justru tidak banyak bergerak. Gemuknya koalisi partai pendukung kabarnya malah memperlambat gerak pasangan ini. Gosip yang berhembus, koalisi pendukung Tri-Bobihoe saat ini justru tidak terkoordinasi dengan baik.
Kondisi tersebut makin diperparah dengan pemilihan strategi kampanye yang kurang tepat. Tri misalnya lebih sering berkampanye melalui media sosial, yang itu dianggap tidak terlalu efektif untuk kontestasi politik macam Pilkada.
Sementara lawannya, Heri-Sholihin justru lebih aktif melakukan pergerakan langsung di lapangan. Blusukan keluar masuk RT dan RW menyapa warga.
Kemudian sejumlah isu korupsi yang kerap mengarah ke Tri Adhianto konon begitu berdampak pada penurunan elektabilitas pasangan Tri-Bobihoe. Hal ini bisa jadi benar, toh faktanya Tri Adhianto sampai harus membuat pernyataan publik lewat media massa bahwa isu-isu korupsi yang menyasarnya adalah serangan lawan politik yang sengaja dibuat untuk memperburuk citranya di mata publik.
Peluang Heri-Sholihin makin terbuka mana kala mereka mendapat limpahan suara dari basis pendukung Golkar sebagai peraih suara tertinggi kedua dalam Pemilu Legislatif 2024 lalu.
Peluang Heri-Sholihin mendapat suara dari pemilih Golkar amat terbuka kendati partai tersebut secara resmi mengusung Uu Saeful Mikdar- Nurul Sumarheni.
Jika harus memilih Heri-Sholihin atau Tri-Bobihoe, rasa-rasanya pemilih Golkar akan condong memilih Heri-Sholihin. Sebab Golkar sendiri pernah punya kenangan manis saat berkoalisi dengan PKS di Pilkada 2013, partai tempat Heri Koswara bernaung.
Sementara untuk ke Tri-Bobihoe, nampaknya akan sulit bagi pemilih Golkar menjatuhkan pilihan ke mereka. Sebab ada memori yang tidak baik, antara Golkar khususnya dengan Tri Adhianto.
Mayoritas orang Golkar meyakini, Tri Adhianto punya andil dalam kasus hukum yang menjerat Rahmat Effendi sebagai pentolan Golkar Kota Bekasi. Yang membuat Golkar kehilangan singgasana kekuasaan di Kota Bekasi yang sudah mereka duduki hampir dua dekade.
Dengan Pilkada yang menyisakan 20 hari lagi, maka peluang Heri-Sholihin untuk memenangkan Pilkada Kota Bekasi masih terbuka. Apalagi, jika Tri Adhianto-Harris Bobihoe tidak mengubah pendekatan atau strategi pemenangan. (*)
Opini ini ditulis oleh: Ivan Faizal Affandi, salah satu pengasuh situs www.klikbekasi.co
Baca koranmediasi.com untuk mendapatkan berita aktual, baik lokal maupun nasional. Disajikan secara tegas, lugas, dan berimbang.