Jurnalis Bagian dari Sosialisasi Pilkada yang Bermartabat

Didit Susilo

DALAM era digital, pers harus mengambil peran pendidikan politik yang sehat, beradab, bermartabat dan menggembirakan. Pesta demokrasi harus santuy, bahagia, bebas, elegan tidak perlu bersitegang, apalagi saling berhadap-hadapan karena beda pilihan.

Sudah saatnya pers digital daerah, baik itu jurnalis, redaktur dan owner media mengambil peran positif menampilkan sosialisasi demokrasi yang berbobot dan tidak menjadikan pemilih seperti robot untuk kepentingan kekuasaan. Pelaku media adalah orang- orang hebat yang telah mewarnai informasi daerah.

Nah, kehebatan tersebut kenapa tak diberdayakan  menjadi bagian Tim Propaganda para pasangan calon wali kota – wakil wali kota. Pilih  sosok calon sesuai hati nurani. Di tim media, sampean bisa mengepresikan tulisan “ide gagasan” atau video yang bernarasi pendidikan politik kekinian dan menggembirakan.

Sebagai jurnalis senior tentu tulisan panjenengan berbobot. Memang secara umum pers harus netral. Bayangkan kalau seluruh pers digital daerah merapat ke kubu yang ada, masyarakat akan disuguhi tulisan bermutu.

Masyarakat tercerdaskan. Jangn malu kalau anda dibayar atas karya tulisan. Itu hak intelektual. Malah klo perlu nego honor tinggi. Toh setiap paslon memang sudah menganggarkan miliaran untuk media sosialisasi. Jangan sampai anggaran tersebut jatuh ke tangan buzzer-buzzer yang hanya bisa memecah belah.

Bayangkan pada kontestasi Pilkada besok, kita disuguhi tulisan hoax, fitnah, yang sangat lemah data, akurasi atau fakta yang sebenarnya. Kita harus merasa berdosa membiarkan isu atau peristiwa penting diolah mereka yang gak tau jurnalistik.

Memberi stempel kelompok tertentu sebagai kadrun atau kampret. Sampai masyarakat marah. Jadi singkatnya, mari kita gunakan momen Pilkada ini untuk aktualisasi, cari duit dan menghentikan/menandingi buzzer agar masyarakat tetap tercerahkan dan sadar beda pilihan itu menggembirakan karena warna warni demokrasi dalam Pilkada Kota Bekasi.

Secara umum pers harus netral, tapi tidak ada salahnya kekuatan tulisan penjengan bisa menjadi “Kutub Es” yang mendinginkan di tengah situasi politik yang panas karena banyak yang jadi kompor.

Semoga Mencerahkan

Bekasi, 25 Juli 2024
Didit Susilo (Bukan Tukang Kompor)

Exit mobile version