Menteri Pertanian Harus Mampu Lepaskan Para Petani dari Ijonisasi

Ferry L Gaol SH MH

Oleh: Ferry L Gaol SH MH

MENTERI Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo harus mampu melepaskan para petani Indonesia dari ijonisasi modal pertanian. Dalam situasi pandemi Covid-19, bertani mestinya bisa menjadi solusi dan sebuah lapangan kerja yang hebat.

Untuk itu, Menteri Pertanian perlu mengantisipasi tantangan yang ada dengan berbagai program, inovasi dan riset serta teknologi, sehingga sektor pertanian terus eksis dan mampu menjawab tantangan pangan.

Menteri Pertanian, bisa saja mengadirkan pertanian dalam pikiran masyarakat bahwa pertanian itu adalah sebuah lapangan kerja, dengan menanamkan kepada generasi muda bertani itu hebat, menjadi petani itu pasti keren.

Namun, menurut hemat penulis, Menteri Pertanian kita belum pernah memberikan perhatian khusus kepada para petani. Seperti, membuat sebuah kebijakan menteri untuk melepaskan para petani dari ijonisasi.

Ilmu yang dimiliki Indonesia sudah cukup dalam bertani, tinggal implementasinya saja. Karena yang bisa mengubah negeri ini adalah teknologi baru. Sehingga kita bisa sejajar (teknologinya) dengan negara maju.

Dengan teknologi pertanian yang maju, dapat dipastikan swasembada pangan di Indonesia bisa terkejar satu persatu. Bahkan, mampu mengubah tantangan yang diberikan menjadi sebuah peluang.

Peningkatan daya saing komoditas pertanian, harusnya menjadi salah satu fokus Menteri Pertanian agar mampu bersaing dengan negara lain. Dan, Pemerintah juga perlu menyiapkan para generasi muda Indonesia menjadi petani modern dengan mempromosikan teknologi budidaya pertanian secara cerdas.

Teknologi pertanian yang modern, diyakini selain dapat menarik minat generasi muda untuk mau menjadi petani, juga dapat mendorong peningkatan dan daya saing produk pertanian.

Sayangnya, kebijakan untuk menata tata ruang lahan pertanian agar lahan pertanian itu semakin bertambah belum kelihatan. Malah, sekarang banyak lahan pertanian ditanami “pohon bangunan” dan pabrik.

Ironisnya lagi, lulusan fakultas pertanian malah kerjanya di bank. Banyak pekerja tani tidak lagi mempunyai lahan. Ini menjadi sebuah tantangan kepada Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Jadi, bukan hanya sekedar konsep yang tidak jelas.

Untuk itu, pengertian bertani harus dijabarkan secara realistis dan terukur dengan menghadirkan konsep yang Pro-Petani. Bila dikatakan sektor pertanian tidak terkena dampak Pandemi Covid-19, ya tentu saja sektor inilah yang dapat dikerjakan saat wabah itu datang.

Kenapa? Karena tidak ada resiko bersifat alami terhadap petani, dan sektor ini juga dibutuhkan masyarakat. Tapi, Pemerintah daerah juga harus mengedukasi agar masyarakat lebih giat bertani.

Harusnya, saat terjadi wabah pandemi Covid-19, Menteri Pertanian dan para pakar pertanian berfikir untuk menjadikan sektor pertanian meningkat panennya, setidaknya melebihi panen sebelumnya.

Kalau hal itu diwujudkan, baru bisa dikatakan hebat. “Think out of the box. Don’t just talk, the concept is simple but the people can feel it”. Bravo para petani Indonesia (*)

Penulis adalah Ketua LBH Aura Keadilan