Akhiri Dualisme dan Teguhkan Persatuan Wartawan, PWI Bekasi Raya Adakan Tasyakuran

Peringati Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H

Penulis: Hengki Siregar
Ketua, Sekretaris dan Bendahara PWI Bekasi Raya

BEKASI, MEDIASI.COM – Semangat kebersamaan mewarnai Aula PWI Bekasi Raya. Ratusan pengurus dan anggota hadir dalam Tasyakuran PWI Bekasi Raya sebagai pertanda berakhirnya kemelut dualisme di tubuh organisasi sekaligus memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H, Jumat (5/9/2025).

Acara dimulai dengan doa bersama, dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng dan ramah tamah dalam nuansa silaturahmi.

Momentum ini menjadi simbol bahwa PWI Bekasi Raya kembali utuh, solid, dan siap menjaga marwah organisasi wartawan terbesar di Kota dan Kabupaten Bekasi.

Ketua PWI Bekasi Raya, Ade Muksin, menegaskan bahwa tasyakuran ini bukan sekadar acara seremonial, melainkan pernyataan sikap bersama. “Dualisme sudah selesai. Mari kita songsong babak baru dengan semangat kebersamaan. PWI adalah rumah besar wartawan, dan marwah organisasi harus kita jaga bersama,” tegasnya.

Sekretaris PWI Bekasi Raya, Michael L. Lengkong, menambahkan bahwa momentum ini juga menjadi ajang konsolidasi. “Kita ingin tunjukkan bahwa wartawan Bekasi tetap solid, profesional, dan berdiri tegak sebagai mitra kritis sekaligus konstruktif bagi masyarakat dan pemerintah,” ujarnya.

Dengan mengusung semangat Maulid Nabi Muhammad SAW, tasyakuran ini sekaligus mengingatkan seluruh anggota pada nilai keteladanan, persatuan, dan kepedulian sosial. PWI Bekasi Raya meneguhkan komitmennya untuk menjaga profesionalisme, memperkuat solidaritas, serta menjadi benteng pers yang independen dan bermartabat.

Dewan Penasehat PWI Bekasi Raya, Hendri Siregar, menyambut gembira terselenggaranya acara ini. Menurutnya, tasyakuran hari ini menjadi momentum penting pasca Kongres PWI pada 30 Agustus 2025 yang berhasil mengakhiri dualisme kepemimpinan.

“Kita sangat bersyukur, karena dengan hasil kongres kemarin, PWI kini kembali satu kepemimpinan. Tidak ada lagi dualisme yang selama ini menimbulkan keresahan, baik di pusat maupun di daerah, termasuk di Bekasi Raya,” ungkap Hendri.

Ia berharap dengan bersatunya PWI secara nasional, soliditas organisasi di Bekasi Raya semakin kuat, profesional, dan berdedikasi tinggi dalam memajukan seluruh anggota. “Mari kita satukan barisan, termasuk rekan-rekan yang sebelumnya sempat berada di luar. PWI Bekasi Raya adalah rumah kita bersama untuk menjaga marwah organisasi,” pungkasnya.

Acara ditutup penuh keakraban dengan doa agar PWI Bekasi Raya semakin kuat, solid, dan mampu menghadirkan karya jurnalistik yang bermanfaat bagi bangsa dan daerah.

Kebersamaan makin terasa saat acara berlanjut ke sesi bakar ikan bersama di halaman sekretariat. Asap harum ikan bakar bercampur tawa dan obrolan hangat para wartawan, pengurus, serta undangan yang hadir.

Momentum sederhana itu menjadi simbol nyata: perbedaan telah dilebur, persatuan kembali ditegakkan. Api yang membakar ikan menjadi lambang semangat baru—hangat, menyatu, dan tak mudah padam.

Ketua PWI Bekasi Raya, Ade Muksin, menyebut kegiatan ini sebagai wujud nyata kekompakan. “Di sini kita duduk sama rendah, berdiri sama tinggi. Tidak ada lagi sekat-sekat, yang ada hanya persaudaraan,” ujarnya.

Kebersamaan tersebut menegaskan bahwa PWI Bekasi Raya siap menatap masa depan dengan semangat baru—bukan hanya menjaga marwah organisasi, tetapi juga mempererat ikatan batin sebagai keluarga besar wartawan di Bekasi.(HS)