Petani Kopi Kreatif Warga Paranginan, Malon Sianturi Butuh Perhatian Pemkab Humbahas

Petani kopi warga Kecamatan Paranginan, Kabupaten Humbahas, Malon Sianturi.

PARANGINAN, KOMED – Kecamatan Lintongnihuta dan Paranginan, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), Sumatera Utara, terkenal sejak dulu penghasil kopi dengan kwalitas ekspor. Hasil kopi dari kedua kecamatan ini memiliki aroma yang mendunia dengan sebutan Kopi Lintong.

Kedua kecamatan itu berada persis di atas lereng gunung Danau Toba di ketinggian rata rata 1200 m dpl, sehingga menurut para ahli pertanian kopi sangat cocok untuk pengembangan dan membudidayakan kopi di daerah itu.

Dari sekian banyak petani kopi, salah seorang diantaranya dikenal bernama Malon Sianturi, penduduk Desa Lobutolong Habinsaran Kecamatan Paranginan. Dia kerap berinovasi mengembangkan tanaman kopi melalui percobaan-percobaan dengan okulasi yang dilakoninnya selama 19 tahun guna mendapatkan kopi varietas yang unggul.

Saat ini, Malon Sianturi berhasil menemukan batang kopi baru varietas unggul dengan usia cepat berbuah dan buahnya lebat dengan aroma sama dengan kopi sebelumnya.

“Saya sudah mengembangkannya selama 19 tahun melalui okulasi. Dan, hasilnya sangat bagus,” kata Malon Sianturi, pria paroh baya ini, Minggu (24/7/2022).

Menurut Malon, di daerahnya sangat bagus menanam kopi. Untuk itu, dia mengimbau masyarakat petani jangan pernah meninggalkan tanaman kopi.

“Kita boleh menanam tanaman lain, namun kopi itu jangan pernah ditinggalkan. Sekali kita tanam kopi, 20 tahun bahkan lebih kita dapat menikmati hasilnya,” imbauinya.

Harga kopi, kata dia, sering berfluktuasi atau naik turun. Namun tetap dapat memberi hasil yang lumayan bagi petaninya. Sekarang harga kopi rata rata Rp40 ribu per kilogramnya.

Malon mengakui, saat ini dirinya sedang mengembangkan Kopi JOA (Jember Onan Ganjang Ateng) dan sudah ada yang menghasilkan. Selain cepat berbuah juga buahnya melimpah, bahkan tidak pernah berhenti berbuah.

“Ada beberapa jenis yang sedang saya kembangkan. Seperti Kopi Janda yang berasal dari Aceh Tenggara. Kami sudah banyak menanam dan hasilnya luar biasa,” kata Malon sembari menunjukkan kopi yang baru dikembangkannya

Malon mengatakan, hingga saat ini dia belum berani memberitahukan kepada petani. Alasannya, karena para petani sedang mengembangkan Kopi Robusta Donggala, melalui okulasi dengan atasannya ada Lasuna dan Ateng.

“Tidak lama lagi kopi itu akan berbuah. Saya memang hanya belajar otodidak, belajar dari pengalaman, namun selalu saya belajar dan belajar untuk mengembankannya. Saya berharap Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan mau melirik hasil karya saya ini,” harap Malon Sianturi.

Untuk pengembangan bibit kopi ini, Malon mengaku tidak mampu untuk membuat sertifikasi kopinya, karena tidak memiliki modal yang cukup. Saat ini ada kurang lebih 10.000 batang dari berbagai jenis siap tanam.

“Saya hanya dapat bilang saya jamin, namun tidak punya sertifikasi,” ujarnya senyum.

Dari pengamatan di ladang kopi Malon, tidak terlalu luas namun memiliki pohon kopi berbagai jenis yang nampak sehat dan berbuah lebat.

Malon mengembangkannya melalui okulasi, yaitu salah satu cara meningkatkan mutu tumbuhan dengan cara menempelkan sepotong kulit pohon yg bermata tunas dari batang atas pada suatu irisan dari kulit pohon lain dari batang bawah, sehingga tumbuh bersatu menjadi tanaman yang baru dan lebih bagus. (Abet)

Penulis: Abetnego Ritonga
Exit mobile version